NKRI Harga Mati!

Written on 3 July, 2007 – 14:14 | by Rahmat Zikri |
503 Error

Sorry, that didn’t work.
Please try again or come back later.

503 Error. Service Unavailable.

Satu peristiwa mengejutkan banyak orang terjadi di Maluku beberapa hari yang lalu. Tanpa diduga-duga, serombongan pemuda, sekitar 28 orang, menari-nari di depan rombongan Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, yang juga dihadiri beberapa tamu negara. Yang jadi masalah, tarian yang dibawakan adalah tarian perang, lengkap dengan tombak dan pedang panjang yang asli –bukan imitasi… dan itu semua terjadi di luar skenario acara.

Ceritanya, Presiden dan rombongan sedang menghadiri peringatan Hari Keluarga Nasional ke-14 di Lapangan Merdeka, persis di depan kantor Gubernur Maluku. Tak lama setelah acara di mulai, tiba-tiba serombongan pemuda tadi memasuki daerah tengah lapangan, berlari-lari membentuk formasi sambil membawa pedang dan tombak sungguhan.

Masalah kemudian muncul ketika rombongan penari yang bertelanjang dada ini mengibar-ngibarkan bendera Republik Maluku Selatan (RMS) sambil berteriak-teriak dan membagikan selebaran ajakan makar terhadap pemerintah Republik Indonesia. Ironisnya lagi, rombongan penari dengan senjata tombak dan pedang ini bisa masuk ke tengah lapangan dan menari-nari persis belasan meter di depan Presiden RI, rombongan pejabat daerah dan pusat, serta tamu-tamu negara!

Pada jarak sedekat itu mestinya pengamanan seorang kepala negara amat-lah ketat. Istilahnya ini adalah Ring 1. Semestinya tidak sembarang orang bisa ada dalam jarak lingkaran dalam Ring 1. Tapi yang terjadi di Maluku beberapa hari yang lalu adalah justru beberapa puluh pemuda dengan senjata tombak dan pedang tulen bisa menari-nari di dalam Ring 1.

Terkecoh. Ini adalah kata yang paling pas untuk petugas keamanan di lokasi tersebut. Kalau bicara soal intelijen, tanpa bekerja pun bisa kita tebak bahwa acara semacam ini –yang dihadiri oleh Presiden dan tamu-tamu negara– yang diadakan di daerah ‘panas’ pastilah sangat berpeluang untuk diboncengi oleh aksi-aksi sejenis ‘pertunjukan’ tari cakalele ini. Masalahnya tinggal rekomendasi apa yang harus diberikan oleh badan intelijen.

Kemunculan para pemuda ini tentunya tidak tiba-tiba. Jumlah mereka lumayan banyak (sekitar 28 orang). Mereka menggunakan berbagai atribut hiasan di badan, khas penari. Mereka membawa senjata tajam (tombak dan pedang). Seharusnya jika atraksi resmi yang digunakan adalah tombak dan pedang tiruan. Tapi ternyata pihak pengatur acara tidak melakukan koordinasi dengan baik. Buktinya, petugas keamanan tidak tahu kalau rombongan ini adalah ilegal. Artinya, bisa dibilang tidak ada koordinasi soal jadwal dan kelengkapan acara di level pelaksana.

Orang Indonesia terbiasa dengan ‘untung’. Insiden ‘cakalele’ ini masih untung cuma menari-nari dan mengibarkan bendera saja. Coba kalau mereka berniat jahat terhadap Presiden dan rombongan. Bisa saja dalam masa ‘kaget’-nya para petugas keamanan yang belum mengambil langkah pengamanan, rombongan ini terus merangsek masuk lebih jauh, mendekati Presiden. Dengan senjata di tangan mereka, hal yang terburuk bisa saja terjadi. Ini menunjukkan betapa rapuhnya standar pengamanan di negara kita. Bahkan keamanan kepala negaranya sendiri nyaris terancam dengan ditonton oleh ribuan orang yang hadir!

Konon kenekatan mereka melakukan aksi tersebut karena dipicu oleh keinginan adanya pengakuan eksistensi terhadap gerakan mereka (Republik Maluku Selatan). Momen di mana dihadiri oleh Presiden RI dan tamu-tamu negara adalah momen yang sangat bagus, karena pasti aksi ini akan mendapatkan ekspos sampai ke manca negara.

Pemilihan tari cakalele sebagai atraksi yang dipertontonkan oleh rombongan pemuda ini bukan tanpa alasan. Tari cakalele adalah tari perang. Itu artinya, mereka membunyikan genderang perang terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tarian dipakai sebagai bentuk ekspresi pernyataan perang untuk memisahkan diri dari NKRI. Ini juga sekaligus bukti bahwa gerakan separatis di beberapa tempat di tanah air belum sepenuhnya ditumpas habis.

Dulu ketika kecil, pada masa sekolah dasar, saya senang sekali melihat betapa luasnya wilayah Republik Indonesia. Seperti halnya anak kecil lain yang bercita-cita menjadi presiden, saya pun demikian. Ada satu kenangan yang tetap saya ingat. Dulu saya menarik garis batas impian bahwa Indonesia itu mestinya seperti ini (sambil menarik garis ‘mencaplok’ beberapa negara tetangga, yang belakangan saya tahu itu adalah negara-negara ASEAN). Bisa dibayangkan, ketika Timor Timur harus lepas dari NKRI saya pun sedih. Teringat masa lalu. Bukannya jadi tambah besar, ini koq malah menyusut.

Rasanya cukup sudah kehilangan satu saudara muda, Timor Timur. Walau daerah tersebut hanyalah sebuah wilayah gersang yang sebenarnya lebih banyak menggerogoti APBN, tetap saja rasa nasionalisme saya mengatakan bahwa mereka [dulu] tetap layak sebagai satu kesatuan dengan saudara-saudaranya yang lain di Indonesia.

Setiap gerakan separatis yang ada pasti mempunyai asal-usul. Walau sebenarnya di beberapa tempat (seperti RMS di Maluku ini atau OPM di Papua) adalah warisan yang ditinggalkan Belanda sebelum angkat kaki dari bumi Indonesia di tahun 1950-an, tapi tetap saja perlu digarisbawahi juga bahwa mereka tetap tumbuh berkelanjutan karena ada rasa ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat. Semacam ketidakpuasan karena adanya ketidakadilan dalam pembagian ‘kue’ antara pusat dan daerah. Jadi, upaya-upaya penumpasan gerakan separatis juga harus dibarengi dengan keinginan untuk berbuat lebih adil. Buat saya, NKRI adalah harga mati!

Be Sociable, Share!

Related Posts

--related post--
  1. 59 Responses to “NKRI Harga Mati!”

  2. By Indra on Nov 12, 2009 | Reply

    Mari semua saudara-saudaraku untuk membangun bangsa ini,jikalau pemerintah yang salah dalam mengelola bangsa ini bukan berarti dapat menyalahkan bangsa ini atau salah suku atau daerah lain.percayalah dari seluruh anak indonesia tidak mungkin mereka senang bila saudaranya hidup dalam serba kekurangan atau penderitaan dan itu terbukti dengan adanya kepedulian seluruh komponen anak bangsa bila terjadi musibah di salah satu daerah ditanah air tercinta ini,mereka berbondong-bondong berusaha untuk mengumpulkan sumbangan untuk dapat memberikan bantuan tanpa mngenal mereka dari suku mana jawa,cina,sumatra,kalimantan maupun papua semua bersatu hanya dengan satu tujuan menolong saudara yang sedang kesusahan,kalau saya boleh punya angan-angan nantinya tidak adalagi sebutan putra daerah tetapi melainkan putra-putri indonesia,lebih baik kita bersatu untuk membangun negara ini dimulai dari kita sendiri untuk maju agar dapat membantu saudara-saudara kita dengan membuka lahan pekerjaan bagi saudara-saudara kita,dan bersama sama bersatu untuk membantu memajukan daerah-daerah saudara-saudara kita yang tertingga dengan segenap apa yang kita miliki sekecil apapun itu sangatlah berarti ketimbang tidak ada kepedulian sama sekali,bangsa ini yang indah yang penuh dengan corak sayang untuk dihancurkan hanya untuk memikirkan atau mengutamakan kepentingan individu. BANGSA INDONESIA INI ADALAH BANGSA YANG BESAR,BANGSA INDONESIA INI ADALAH BANGSA KAYA KARENA BANGSA INI MEMILIKI KALIAN SEMUA PUTRA-PUTRI BANGSA INDONESIA,APALAH ARTI BANGSA INI TANPA ADANYA SALAH SATU DIANTARA KALIAN WAHAI SAUDARAKU PUTRA PUTRI BANGSA INDONESIA,untuk saudaraku nunusaku dan para pengikut RMS lainnya marilah kita bersatu membangun bangsa ini,apabila kita tidak puas dengan pemerintahan maka marilah kita berjuang bersama untuk memperbaikinya dengan turut serta didalam organisasi partai atau membangun partai nasional baru yang dapat menyuarakan secara nasional pula bukan secara kedaerahan

  3. By Ben on Nov 12, 2009 | Reply

    NKRI bisa goyang, itu karena Pemerintah tdk konsisiten. di Negara ini banyak pemrintah2 yg bisa membuat Pemerintah resmi diam dan tertunduk, yaitu adanya aksi organisasi yg mengaku dirinya orang suci dan merasa ada hak utk menghakimi orang2 yg tdk berdosa. dan di Republik ini seolah-olah tdk mempunyai perbedaan Suku, agama, dll. saya yakin jika orang2 mayoritas ingin menjajah minoritas dgn mengatas namakan agama. saya yakin dan percaya NKRI akan bubar. saya yakin yg minoritas jauh lebih cerdik. maka hargailah yg minoritas, karena mengusir penjajah kita tdk berbicara suku dan agama. tp setelah merdeka jadi aneh. Irian jaya, kalimantan, sumut, Sulawesi tdk akan bergabung dgn NKRI jika tau akan sperti ini. Masa orang Sulawesi blm saatnya jadi Presiden??? komentar apa itu, saya kira komentar itu tdk datang dari tukang becak.

  4. By Syam on Nov 20, 2009 | Reply

    Saya tidak sengaja membuka blog ini. Hanya karena kebetulan saya bantu anak saya membuat tugas PKN tentang fase perjuangan Indonesia.

    Tidak ada di dunia ini yang dapat menjadi hukum mutlak, kecuali yang datang dari Allah SWT. Bahkan teori-teori ilmu pun banyak yang sudah bergeser dan dibuktikan keliru. Tidak berarti NKRI ini keliru. NKRI dalam konteks bahasa mungkin bisa kita terima untuk masa yang panjang. Tetapi NKRI dalam konteks sosial politik, harus siap menghadapi perubahan. UUD 45 yang diperdebatkan disini pun sudah diamandemen lima kali. Bahkan amandemen keenam sedang dipersiapkan, dengan dalih penyesuaian kondisi. Soal RMS juga tidak perlu dipermasalahkan terlalu jauh. Bahkan lepasnya Timtim pun sebenarnya karena Habibie tidak melihat aspek positif dalam mempertahankan Timtim. Beliau melihat dari aspek efesiensi dan pembangunan nasional. Terlalu berat biaya mempertahankan Timtim. Padahal Timtim adalah sumber pendapatan dan kesejahteraan ABRI pada saat itu. Dampaknya laporan pertanggung jawabannya ditolak oleh DPR. Sejahterakah Timor Leste? Tidak. Adilkah Timor Leste? Tidak. Siapa sebenarnya yang disejahterakan oleh Timor Leste? Ada 11 mahasiswa Timor Leste di kampus saya. Gaya hidupnya persis seperti anak pejabat RI yang kuliah di luar negeri.

    Jadi pada dasarnya NKRI hanya sebuah akronim saja. Mungkin yang harus kita pertahankan adalah keinginan kita untuk bersatu dan bekerja bersama-sama. Bila pada suatu saat nanti ternyata situasi sosial politik memerlukan perubahan dan Indonesia tidak lagi menjadi negara kesatuan, tetapi federasi, kita harus bisa menerima dengan lapang dada. Seperti pemilihan bahasa Indonesia yang berbasis bahasa melayu.Toh otonomi daerah juga sudah merupakan bentuk pengingkaran sistem politik kenegaraan terhadap konsep persatuan. Bila mengacu pada konsep kesatuan, maka tidak perlu ada pemilihan langsung gubernur dan bupati/walikota.

    Lebih baik kita coba bekerja keras untuk membantu bangsa ini menjadi lebih cerdas dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Tidak usah berebut, berkeras kepala, sehingga kita terkesan sedang bermasturbasi ilmiah.

  5. By ariz on Apr 14, 2010 | Reply

    bangsa indonesia terlahir pada tanggal 28 oktober, merdeka pada tanggal 17 agustus 45 dan membentuk negara pada tanggal 18 agustus 45, jika kita mengakui sebagai bangsa indonesia kita harus paham dengan runtut perjalanan bangsa kita. sehingga kita bisa katakan bahwa sistem NKRI berbeda dengan negara lain didunia, mulai dari buaya, aturan dasar, sosial,politik, ekonomi dan lingkungan untuk mengelola dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,

  6. By dani on Nov 29, 2010 | Reply

    Agama dapat mempersatukan, dapat juga memecah belahkan antar umat beragama. Contoh yang ada, kenapa Kalau Muslim tidak boleh/susah/tidak disetujui kalau menikah dengan yang bukan muslim?

    Ya inilah salah satunya, agama memang baik dibanyak hal, tapi juga agama perlu perubahan dimana biarkan orang memilih agama yang mereka mau, mau pindah dari satu agama ke agama lain jangan ditekan,dilarang dll.

  7. By Framm on Mar 16, 2011 | Reply

    jangan salah bicara ,,,, lo bilang timor timur gersang dan hanya bikin habis APBN ????

    lo kelihatan kurang baca …. Timor Timur sekarangnya timor leste itu,,,, punya hasil tambang minyak di laut yang belum sempat di intervensi indonesia pada saat itu … hal ini hanya duluan diketahui Australia….

    alasan Australia dukung kemerdekaan Timor leste karena ada indikasi perkembangan komunis disitu dan indonesia tidak tanggap akan hal itu sehingga USA jalan dengan make jasa Australia…..gtu

  8. By Jerry on May 5, 2011 | Reply

    saya tidak percaya NKRI ini masih bisa bersatu untuk beberapa tahun ke depan. karena di media hanya selalu memberitakan berita Fitnah, fitnah lebih kejam dari peperangan. Media yang hanya takut pada suatu organisasi keagamaan. hanya negara ini yang takut pada ajaran paham agama. malah agama yang tdk mengganggu orang lain disebut sesat, agama yg menjatuhkan banyak korban malah di lindungi. bener2 terktuk negara ini. di Eropa dan Amerika agama tidak bisa mencampuri institusi negara. tapi di Indonesia malah dipelihara.

  9. By andry on Jul 1, 2011 | Reply

    kayanxa seru tuh NKRI vs RIS…tapi ingat bung skarang kita udah merdeka.kalo pun kita bicara ketidak puasan atas pelaksanaan jalananx pemerintah kita kembalikan ke karakter individualis,coz dari sekian banyak pejabat kita yang korup saya yakin ada ko diantara mereka yang patriotis.say ga setuju banget kalo ada steagment yang menuduh jawa adalah penguasa apalagi menanamkan ideologi sparatis.saya pernah tinggal lama di luar pulau jawa,dan kenyatanx yang menyunat anggaran dan menghambat pembangunan daerah itu orang perbuminx juga bukan orang jawa atau daerah lain.aplagi sekarang dengan sistem OTDA…ga usahlah lempar batu sembunyi tangan.kembali ke vosting bung nunusaku,saya heran sebenarnya anda itu lahir dan dibesarkan dimana?sadar bung,mungkin dari sekian ribu nyawa pahlawan indonesia,salahsatunya telah menyelematkan anda atau keluarga sehingga anda bisa hidup sampai sekarang!!!apa pun alasanx sparatis adalah tindakan makar,tidak mengakui NKRI adalah munafik,ingat sejarah bung…berapa ribu nyawa yang gugur demi ibu pertiwi,,,??berapa juta anak yang jadi yatim piatu,,,??mereka gugur demi NKRI.nkri yes…sparatis nazjissssss!!!!

  10. By bubar on Aug 3, 2012 | Reply

    korruptor berpesta, hukuman penjara korruptor hanya 2 Tahun dan 2 tahun… NKRI terancam bubar

Post a Comment

About Me

The smiling geekIndependent IT Consultant and Trainer, mastering in Microsoft technologies. 13 years experience in all level of systems and network engineering. Currently being awarded as Microsoft MVP in Exchange Server. Live in Jakarta, Indonesia. Claimed himself as a not ordinary geek, who loves photography and hanging out with friends. More.

Want to subscribe?

 Subscribe in a reader Or, subscribe via email:
Enter your email address:  
Google