Pembatasan Musik Indonesia
Sorry, that didn’t work.
Please try again or come back later.
503 Error. Service Unavailable.
Pemerintah Malaysia saat ini sedang membuat rancangan undang-undang untuk membatasi masuknya musik asal luar negeri (baca: Indonesia). Dalam rancangan tersebut disebut bahwa komposisi yang diperbolehkan adalah 10% lagu asing dan 90% lagu lokal (Malaysia).
Tujuan pembatasan tersebut adalah untuk memproteksi industri musik di Malaysia, yang semakin hari semakin terpuruk oleh serbuan lagu dan penyanyi asal Indonesia. Tidak heran, setiap kali saya menjejakkan kaki di negeri jiran ini, nyaris di setiap sudut kota setiap hari pasti ada lagu Indonesia yang saya dengar. Semua teman-teman saya yang asli Malaysia pun tidak ada yang tidak tergila-gila pada musik Indonesia.
Beberapa tahun lalu, pemerintah Malaysia sempat secara lisan berujar, jika Malaysia bisa menjadi tuan rumah yang baik buat musik Indonesia, kenapa musik asal Malaysia tidak mendapat sambutan yang sama di Indonesia? Pertanyaan yang aneh 😀
Pada dekade 80-an, saya tidak suka musik Indonesia. Walau masih bocah SD yang tidak mengerti bahasa Inggris, buat saya jelas lagu asing lebih menarik. Apalagi pada masa itu lagu Indonesia dipenuhi oleh lagu-lagu melankolis yang berisi penderitaan hidup, patah hati, cemburu dan segudang lirik yang tidak memiliki semangat hidup. Baru setelah ada larangan terhadap jenis lagu seperti itu, grafik perkembangan kualitas dan selera lagu Indonesia mengalami perkembangan yang pesat. Hasilnya, sekarang saya lebih memilih lagu-lagu Indonesia ketimbang barat.
Bicara soal pertanyaan di atas, tentunya harus pula bicara soal kualitas dan selera. Masyarakat Malaysia menerima dan tergila-gila pada lagu-lagu Indonesia tentu karena kualitas lagu-lagu Indonesia itu sendiri. Tapi sebaliknya, bagaimana kita bisa memaksa telinga orang-orang Indonesia untuk tergila-gila pada lagu asal Malaysia, jika orang Malaysia nya sendiri lebih pilih mendengar lagu Indonesia?
Mungkin masih banyak yang ingat, di tahun 1987 ada grup band asal Malaysia yang sempat populer di Indonesia, Search, dengan hit nya yang berjudul Isabella. Tapi setelah itu, paling hanya Siti Nurhaliza yang bisa kita terima. Dari masa ke masa, musik Malaysia pun tidak mengalami perkembangan kemampuan ‘inteligensia’ bermusik. Bandingkan saja musik dari 20 tahun yang lalu dengan musiknya dari jaman kini.
Jika memang benar akhirnya rancangan undang-undang tersebut dijalankan, mungkin memang akhirnya berdampak pada berkurangnya pasar penjualan lagu Indonesia, begitu juga peluang konser-konser di negeri jiran. Tapi jangan lupa membuka peluang lewat jalan lain. Ajak mereka berkunjung ke Indonesia. Ada banyak penerbangan dari Malaysia ke Indonesia. Tidak mesti lewat Jakarta. Bahkan kalau mau pun bisa menggunakan ferry menyebrang laut menuju Kepulauan Riau, atau Medan. Mereka bisa belanja kaset, CD atau DVD Indonesia di situ. Peluang lewat konser-konser pun bisa diadakan di tempat-tempat yang bisa dijangkau oleh mereka. Lebih dari itu, kita juga bisa sekaligus membungkus dengan program-program pariwisata, yang tentu bisa mendatangkan devisa lebih baik lagi.
16 Responses to “Pembatasan Musik Indonesia”
By Koen on Sep 6, 2008 | Reply
“Kalau software Amerika diterima baik di Malaysia, sampai dibajak-bajak, kenapa software Malaysia tak laku di Amerika? Dasar Arogan.” Gitu kali ye :). Dan dikau melupakan Sheila Madjid. Isabela sendiri, biarpun laku, tak pernah dianggap bermutu.
Peluang ekspor CD dan MP3 nih, kalau musik Indonesia diban di radio dan televisi setempat :).
By susanvirna on Sep 6, 2008 | Reply
Pada dekade 80-an, saya tidak suka musik Indonesia.
Pertanyaannya : Suka musik dangdut dari kapan Zik..? hehehhehe…:D
By Jay on Sep 7, 2008 | Reply
Bahkan penerbangan Kuala Lumpur-Bandung juga mudah kalo mereka mau langsung datang ke gudangnya musik Indonesia.
By Rahmat Zikri on Sep 7, 2008 | Reply
@ Koen: waktu nulis draft sebenernya udah ingat dgn Sheila Madjid, tapi lupa dituliskan 😀 iya benar Isabella walau laku tapi tetap aja seleranya kurang bermutu :))
@ susanvirna: sejak kenal susan 😀
@ Jay: iya, harus dibantu nih bagaimana caranya agar mereka tahu apa aja yg bisa dilakukan di Bandung, Jakarta dan kota-kota lain yang ada flight AirAsia nya. jangan kita melulu yang jalan-jalan ke sana! hehehe
By tika on Sep 8, 2008 | Reply
tapi pemerintah kita kok gak protes ya… makin diinjek2 aja kita nih.ga apa2. Biasanya semakin dikekang, orang makin penasaran. Sapa tau CD dan kaset kita jadi lebih laku.Be Positive
By agus on Sep 8, 2008 | Reply
isabela, gerimis mengundang kan udah zaman bahula banget om…
malah saya cuma tau judulnya aja,
penyanyi malaysia yang saya tau cuma siti nurhaliza…itupun saya bukan penggemarnya…
yang pasti saya lebih suka dengan musik dalam negeri (GO INDONESIA…GO)…musik indonesia lebih bervariasi dan lebih berkualitas…..
Mungkin ini yang namanya kebangkitan nasional;
dengan rasa bangga menjadi seorang Indonesia….
By ilham on Sep 8, 2008 | Reply
Ngakunya pasar bebas,tapi kok kayak gt ya?
go musik indonesia
By titiek on Sep 9, 2008 | Reply
makanya buat lagu yang bagus. Jangan bisanya cuma mencuri. Lagu RASA SAYANGE milik Indonesia.
warga malaysia aza gak suka lagu mereka apalagi kami warga Indonesia.
By nshide on Sep 9, 2008 | Reply
kasih daaaaaaaaaah.. drpada diambil budaya dan lagu2 asli daerah indonesia, mendingan di ‘boikot’ aja produk2 kita sama mereka, biar ga knal budaya kita aja skalian, kan aman
By zibrax on Sep 11, 2008 | Reply
malaysia slalu mengibarkan perang….
pemusik malaysia harusnya lbh kreatif dan inovatif dlm menciptakan lagu…..
musik malaysia?duh tuh musik asli g enax didengar…mendingan gw tidur dch
By Rahmat Zikri on Sep 11, 2008 | Reply
biarin aja. toh rakyat Malaysia bakal blingsatan sendiri…. pusing kepalanya kalau ngga dengar lagu Indonesia. sekarang aja pengusaha2 radio sudah pada protes, karena kalau jumlah lagu asing (Indonesia) dibatasi hanya 10%, mereka sadar sekali bahwa pendengar radionya bakal bubar jalan, ngga dengar radio lagi. kalau sudah begitu, ngga ada iklan masuk. lalu, radio2 pada mati 😀
By PEDULI MUSISI INDONESIA on Sep 15, 2008 | Reply
intinya musikalitas musisi malaysia JALAN DITEMPAT.. dulu gue juga pernah mengalami jaman kegelapan sewaktu musisi malaysia menginvasi indonesia dengan rock melayu-nya yang mendayu-dayu (sekitar 1987an).. asli gue BT abis.. pelariannya adalah gue mendengarkan musik2 luar negeri (non malaysia).. sehingga akhirnya musisi kita bangkit dengan GOD BLESS, SLANK, KLA PROJECT, GIGI, Shiela On 7, PADI dan musisi indie label kita yang juga udah mulai gila-gilaan ingin lepas dari bayang2 musik malaysia (gue pikir merekalah pejuang2 MUSIK INDONESIA) yang emang akhirnya KITA MERDEKA SENDIRI dari gempuran musisi2 malaysia.. dan akhirnya sekarang gue kembali mendengarkan lagu2 NEGERI SENDIRI yang TERCINTA INI.. seakan menang perang (semangat 45).. gue jadi ingat bahwa INDONESIA emang MERDEKA dengan TUMPAH DARAH dan KEGIGIHAN bangsa kita sendiri.. BEDA denga MALAYSIA yang emang MERDEKA ATAS BELAS KASIHAN INGGRIS kepada jajahannya tersebut.. SO.. emang udah menjadi darah daging bahwa MALAYSIA emang bermental TEMPE.. MERDEKA MUSIK INDONESIA!!!
By ryan on Dec 10, 2008 | Reply
Saya menjadi zmkin bngga dngan musisi ind yg tlah brjuang membngktkan kmbli kreatifitas msik Ind.
Q jg ngedoain smga msisi qt bnyak yg go internasional,syukur2 ke Allbert Hall,London.
Go Indonesia……
By Ksatria Bergitar on Jan 13, 2009 | Reply
Wawww…
Keren banget ya blognya..
Artikelnya berbobot bangettt
sukses terus ya….
mampir ya..!!
http://gitarkeren.blogspot.com
tukeran link dunk…
By joe on Mar 17, 2009 | Reply
salam kenal …
By smileman on Dec 24, 2010 | Reply
Saya butuh info ney ttg UU musik dimalaysia dan masalah RUU pembatasan musik asing dimalaysia pada thn 2008 itu apakah hanya sebuah wacana hingga saat ini ataw telah di sahkan menjadi sebuah UU,peraturan ataw kebijakan pemerintah!klo ada link yg bs menjawab smua pertanyaan saya td trima kasih atas info nya!