Terperangkap di Hualien City

Written on 10 September, 2008 – 14:57 | by Rahmat Zikri |
503 Error

Sorry, that didn’t work.
Please try again or come back later.

503 Error. Service Unavailable.

Dalam perjalanan pulang dari Amerika Serikat, saya memang merencanakan untuk menikmati suasana di Taiwan. Karena kebetulan kali ini pesawat yang saya naiki transit di Taipei.

Setelah meminta advis dari teman-teman di milis [email protected], untuk rencana singgah di Taipei 3-4 hari, saya mendapatkan beberapa daftar tempat yang bisa saya kunjungi dalam waktu tersebut. Selanjutnya, saya mulai browsing mencari tempat penginapan ala backpackers, tapi tentu harus yang menarik. Hasil pencarian di mesin penelusur membawa saya ke alamat blog Ambar (moderator milis indobackpacker).

Tentu tak ada alasan untuk tidak percaya atas review yang dibuat oleh backpacker seperti mbak Ambar. Saya pun langsung mem-booking untuk 3 malam (melalui Internet dan menggunakan kartu kredit). Tarif charge per malam per tempat tidur adalah USD 15.

Setibanya di bandara Taoyuan International a.k.a Chiang Kai Shek Airport (di Taipei), saya segera mencari service penitipan bagasi. 2 buah tas yang saya bawa dari Amerika bisa merepotkan jika harus diajak berkeliling mencari alamat. Murah, per potong tas yang kita titipkan hanya seharga  NTD 100 (Sekitar IDR 30.000) per hari nya (24 jam). Lalu saya mencari tahu bagaimana cara menuju Hualien.

Sampai di sini saya belum menyadari kekeliruan. Informasi yang saya dapat dari bertanya adalah, saya mesti naik bus menuju kota Taipei (bandara Taoyuan berjarak sekitar 50KM dari kota Taipei). Tarif bus seharga NTD 140. Jika naik taksi sekitar NTD 1200. Setelah itu saya masuk ke stasiun MRT Zhongxiao Fuxing. Lalu saya diberitahu untuk menuju Taipei Main Station. Sebelumnya, saya membeli kartu akses untuk transportasi (MRT dan bus dalam kota) yang bernama Easy Card senilai NTD 500 (NTD 200 di dalamnya adalah deposit, yang bisa diminta kembali jika kita mengembalikan kartu tsb). Kartu ini mirip seperti kartu EzLink di Singapura. Bisa dibeli di berbagai stasiun MRT atau bus yang ada. Jadi, dengan kartu ini saya tidak akan kerepotan dengan uang receh setiap kali hendak naik MRT.

Tidak lama setelah tiba di stasiun Taipei Main Station, kekeliruan mulai saya sadari. Setelah bertanya kembali, saya diarahkan ke sebuah jalur kereta antar kota. Setelah memeriksa peta Taiwan, saya baru sadari bahwa Hualien itu bukan di Taipei. Pantas saja tidak ada di dalam rute MRT yang terdiri dari 3 jalur itu! Pantas juga jika beberapa orang di Taipei sempat bingung waktu saya tanyakan rute ke tempat penginapan tersebut. Ya iya, karena referensi lokasi yang berbeda. Pantas juga jika seorang teman yang kebetulan pernah ke Taiwan kaget waktu saya bilang saya menginap di Hualien. Dia bilang, Hualien itu di East Coast. Jauh. Dalam benak saya, istilah East Coast mirip seperti di Singapura. Masih di kota Singapura juga toh?

Akhirnya dengan modal nekat saya hampiri loket tiket menuju Hualien. Saya pikir, daripada duit kamar hangus, mending saya datangi saja dulu. Nikmati semalam di kota yang bernama Hualien ini! Here we go! Kaget juga ketika ternyata tiket yang saya harus bayarkan adalah NTD 445! Karena sebelumnya saya lihat orang-orang yang ada di depan antrian saya hanya membayar nilai di bawah NTD 150. Rupanya mereka turun di stasiun-stasiun yang masih dekat dengan Taipei. Kepalang basah, saya lanjutkan saja.

Perjalanan kereta api dari Taipei menuju Hualien menempuh waktu 3 jam. Keretanya benar-benar ontime pada jadwal berangkat dan tiba. Keretanya enak, bersih dan nyaman. Seperti kereta Argo di pulau Jawa pada waktu awal kemunculannya. Saya menikmati perjalanan kereta ini, karena sejak adanya jalan tol Cipularang (Jakarta-Bandung) di tahun 2005, saya sudah tidak pernah naik kereta lagi. Pemandangan lumayan, di sisi kanan kadang kita bisa melihat pegunungan, di sisi kiri sesekali bertemu dengan pemandangan pantai yang berhadapan langsung dengan Samudera Pasifik.

Akhirnya tiba juga di stasiun Hualien. Dengan bekal hasil print pembayaran kamar yang dilengkapi informasi arah jalan kaki dari stasiun Hualien, saya menyusuri jalan-jalan menuju lokasi. Lumayan, berjalan 15 menit di saat musim panas seperti ini, berkeringat juga. Ketika tiba dan membuka pintu depan, 2 ekor anjing peliharaan Ya Chen –cewek pemilik tempat penginapan ini– langsung menyambut. Saya langsung sodorkan bukti pembayaran (uang muka) sekaligus bilang bahwa saya hanya menginap semalam saja. 2 malam yang lain tolong dibatalkan. Untung dia oke saja. Saya bilang, saya salah info, saya pikir alamat ini di Taipei. Saya cuma punya waktu 3 malam di Taipei. Ya Chen lumayan manis dan –tentu harus– ramah. Waktu saya datang dia pakai baju yang menggantung, yang bagian bahunya terbuka. Dia tahu saya dari Indonesia dan segera mencoba menyapa menggunakan bahasa Indonesia. Walau terbalik! Dia bilang “Apabakar?” Sambil cengengesan biar dia senang saya jawab “Baik”. Untung dia cuma bilang “Apabakar”. Saya teringat minggu sebelumnya seorang bule yang training bareng saya di Seattle pernah ditipu mentah-mentah oleh temannya ketika berkunjung ke Italia pada akhir tahun, dia bertanya, apa bahasa Italia untuk “Selamat tahun baru”. Temannya bilang, “Viva La Pompa!” Maka dia pun mengucapkannya pada saat old & new night. Orang-orang Italia yang hadir langsung berteriak kegirangan… Yeahhhh! Viva La Pompa… Belakangan dia baru tahu kalau itu artinya “Longlife blowjob!”.

Konon Hualien adalah kota kedua terbesar di Taiwan. Saya tiba di penginapan menjelang jam 3 sore. Setelah menaruh tas berisi laptop dan beberapa baju ganti, saya segera berangkat kembali. Jam tanggung. Karena beberapa tempat wisata di Hualien membutuhkan waktu perjalanan lumayan. Apalagi tanpa petunjuk transportasi yang memadai. Andalan saya adalah menggunakan jasa layanan wisata yang acapkali tersedia di kota-kota yang memang menjadi tujuan wisata. Saya menemukan 2-3 bus wisata, tapi perjalanan yang ditawarkan adalah paket 1 hari, atau paket 1/2 hari. Dua-duanya ngga ada yang bisa saya ambil. Akhirnya saya putuskan hanya melakukan tur keliling kota dengan berjalan kaki.

Bermodal peta Hualien dan petunjuk ada apa saja yang menarik di dalam kota, saya coba susuri kota ini. Untuk sekedar cuci mata lumayan. Saya hanya menemukan deretan toko-toko. Ada beberapa kuil besar, tapi saya tidak menemukan mood dan angle untuk membuat foto pada obyek-obyek yang saya temukan ini. Akhirnya sebelum jam 8 malam pun saya kembali.

Be Sociable, Share!

Related Posts

--related post--
  1. 5 Responses to “Terperangkap di Hualien City”

  2. By Silvianty on Sep 10, 2008 | Reply

    Fotonya doooong

  3. By rendy on Sep 11, 2008 | Reply

    viva la pompa hahaahahahahahaha……

  4. By riyani on Sep 26, 2008 | Reply

    lha mas, masa gak recheck dulu kalo hualien itu bukan di taipei? Kasian amat, tapi lumayan kan bisa ketemu si Ya Chen 🙂

  5. By Khaled on Mar 4, 2009 | Reply

    ha.. ha.. apa bakar?? lucu juga cerita lo bro..

  6. By shevania on Nov 20, 2012 | Reply

    padahal di hualien banyak tempat yg sangat menarik looo seperti hualien park atau pemandian air panas di pegunungan banyak looo para turis asing singah disana

Post a Comment

About Me

The smiling geekIndependent IT Consultant and Trainer, mastering in Microsoft technologies. 13 years experience in all level of systems and network engineering. Currently being awarded as Microsoft MVP in Exchange Server. Live in Jakarta, Indonesia. Claimed himself as a not ordinary geek, who loves photography and hanging out with friends. More.

Want to subscribe?

 Subscribe in a reader Or, subscribe via email:
Enter your email address:  
Google