Jangan Pasang Kawat Gigi Sembarangan

Written on 28 July, 2010 – 14:17 | by Rahmat Zikri |
503 Error

Sorry, that didn’t work.
Please try again or come back later.

503 Error. Service Unavailable.

Pemasangan bracket pada gigi atau yang lebih dikenal dengan kawat gigi alias behel adalah sebuah cara yang saat ini lazim dipakai untuk memperbaiki susunan gigi yang tidak rapih. Tapi tidak banyak orang yang tahu apalagi sadar bahwa penggunaan kawat gigi tidak hanya berhubungan dengan asal gigi rapih (estetika). Lebih dari sekadar rapih, penggunaan kawat gigi juga dimaksudkan untuk memperbaiki posisi gigi dalam fungsi pengunyahan makanan, memperbaiki penampilan wajah dan juga memperbaiki masalah lingual (seperti kesulitan dalam pengucapan huruf ‘s’) karena gigi depan bagian atas tidak mengatup sempurna dengan bagian bawah (bahasa kerennya: open bite). Penggunaan kawat gigi juga berhubungan dengan kesehatan; di mana gigi yang berjejal akan menyulitkan pembersihan plak dan sisa makanan, sehingga meningkatkan resiko terjadinya gigi berlubang dan peradangan gusi.

sebelum sesudah

Gambar di atas adalah contoh foto gigi pasien sebelum dan sesudah perawatan orthodonti. Tanda panah merah menunjukkan gigi yang harus dicabut. (properti: drg. Vera Susanti Z, Sp.Ort).

Maraknya tren penggunaan kawat gigi dan ditambah oleh ketidaktahuan masyarakat awam membuat  banyak orang ‘berani’ mempertaruhkan aset tubuh yang tak tergantikan itu dengan mempercayakan pemasangan behel pada sembarang orang(ingat, gigi orang dewasa yang telah tanggal atau rusak tidak akan tergantikan oleh gigi baru). Tren pemakaian behel yang dikaitkan juga dengan gaya hidup dan fashion membuat banyak orang nekat memakai walau sebenarnya tidak memerlukannya. Lebih gawat lagi, sebagian di antara mereka malah nekat memasang di tempat yang asal murah yang penting gaya!

catatan: tulisan ini merupakan tulisan populer (non ilmiah) yang ditulis oleh orang awam untuk bidang yang sedang dibicarakan (bukan dokter gigi), namun demikian saya sudah berpengalaman pakai kawat gigi 3x (tiga kali) karena harus diperbaiki kembali; dan sekarang ber-istri seorang dokter gigi spesialis orthodonti yang jadi teman ngobrol sebelum tidur.

Pada saat ini, pemasangan kawat gigi boleh dibilang sebagai bisnis yang menggiurkan. Pemasangan kawat gigi yang seharusnya hanya dilakukan oleh dokter gigi spesialis orthodonti (drg. Sp.Ort) pada kenyataannya dikerjakan juga oleh dokter gigi spesialis lainnya, atau malah oleh seorang dokter gigi non spesialis (general practitioner). Lebih edan lagi, mereka yang bukan dokter gigi pun nekat buka ‘praktek’ di pinggir jalan dengan label Ahli Gigi. Terima pasang kawat gigi.

Gigi Yang Baik

Karena saya bukan dokter gigi, tentu saya tidak membicarakan masalah penyakit gigi dan kawan-kawannya. Dalam kacamata yang sederhana kita bisa anggap bahwa gigi yang baik adalah gigi yang bersih, tidak bolong, tidak ada yang ompong, serta menjalankan tugasnya dengan sempurna.

Bagaimana tuh gigi yang sempurna menjalankan tugasnya? Tugas utama gigi untuk menggigit dan mengunyah makanan bukan? Cara termudah untuk memeriksanya adalah coba katupkan gigi rapat-rapat pada posisi yang paling nyaman (ngga dibuat-buat dengan menggeser rahang ke arah tertentu. just relax.). Perhatikan gigitan gigi mulai dari geraham atas bertemu geraham bawah secara sempurna untuk mengunyah, taring atas berpasangan dengan taring bawah untuk mengoyak, gigi seri atas bertemu dengan gigi seri bawah untuk menggigit. Normalnya rahang bawah akan sedikit lebih mundur dibanding rahang atas.

Pada kasus rahang bawah lebih maju dibanding rahang atas, orang awam sering menyebutnya sebagai cakil, atau cameuh, dan sejenisnya. Sebaliknya, bisa saja yang terjadi ternyata adalah rahang atas terlalu maju dibanding rahang bawah, sehingga gigi seri atas tidak bisa bertemu dengan gigi seri bawah, alias protusif. Pada kasus cakil dan protusif, sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi bahwa yang mengerjakan haruslah dokter gigi dengan spesialisasi orthodonti alias orthodontist.

Pengalaman Pribadi

Pada waktu SMP dulu (tahun 1989), keinginan menggunakan kawat gigi yang tidak didukung oleh pengetahuan yang memadai membuat saya ‘tersasar’ ke seorang spesialis bedah mulut. Waktu itu sebenarnya saya sudah berjalan (mungkin) ke arah yang benar, yaitu ke rumah sakit umum daerah. Tapi waktu tanya-tanya di poli-gigi, salah seorang perawatnya menyebut kalau mau pakai kawat gigi dengan drg. X, Sp.BM saja… Datang saja ke tempat prakteknya. Akhirnya saya pakai kawat gigi dengan sang spesialis bedah mulut. Waktu itu saya ‘kehilangan’ 2 buah gigi geraham kecil yang persis di belakang gigi taring, di sebelah kanan, bagian atas dan bawah. Semua gigi perlahan-lahan mulai digeser ke arah kanan, untuk mengisi ‘kekosongan’ yang diakibatkan hilangnya 2 buah gigi tersebut.

Hampir 2 tahun setelah perawatan memang sekilas gigi bisa dibilang rapih. Tapi kalau dilihat2 dengan seksama terlihat bahwa garis tengah gigi (di tengah-tengah gigi seri atas dan bawah) tidak terletak di tengah-tengah wajah, pada arah garis imajiner jika wajah kita dibagi 2 secara simetris. Coba-lah senyum ‘nyengir’ di depan cermin, perhatikan apakah garis tengah gigi Anda persis segaris dengan garis tengah wajah, yang ditarik dari titik tengah di antara 2 alis mata melewati puncak hidung dan dagu. Jadi kalau dilihat-lihat, gigi saya waktu itu miring ke kanan. Garis tengah gigi tidak persis segaris dengan garis tengah wajah (imajiner). Lambat laun juga dirasa gigi kembali “bubar jalan”. Sedikit demi sedikit mulai bergerak lagi dan kembali terlihat berantakan pada gigi bawah dan jadi “gigi bobo” pada gigi atas.

Pada waktu kuliah di Bandung, kembali saya mencoba mengulangi perawatan gigi menggunakan behel kembali. Waktu itu saya mendatangi klinik yang ada di kampus. Lagi-lagi oleh perawat yang ada direferensikan untuk datang kembali pada jadwal praktek dokter gigi yang menurutnya biasa mengerjakan pemasangan kawat gigi. Untuk kedua-kalinya, di tahun 1997 saya kembali memakai kawat gigi. Kali ini saya harus merelakan kembali 2 (dua) buah gigi geraham kecil yang di belakang gigi taring, kali ini yang di sebelah kiri, atas dan bawah.

Kali ini saya tidak tahu sebenarnya yang mengerjakan gigi saya ini seorang orthodontist atau spesialis lainnya? (mungkin saja lagi-lagi spesialis bedah mulut, atau prostodontist, atau periodontist, atau malah dokter gigi anak? hehehe)…. atau bisa saja dia ternyata seorang dokter gigi biasa alias GP? Yah, sama seperti orang awam pada umumnya, waktu itu saya sama sekali tidak perduli dan tidak mencari tahu. Bahkan berkali-kali kontrol gigi dengan rutin pun saya tidak pernah mencari tahu. Sampai sekarang pun saya juga tetap tidak tahu apa kompetensi dokter gigi saya waktu itu??! (Padahal sudah 13 tahun berlalu).

Singkat cerita, lagi-lagi hasil perawatan tersebut adalah nol besar. Memang waktu itu gigi saya rasanya rapih kembali. Tapi lagi-lagi seiring dengan waktu kembali terasa bergerak dan cenderung ‘rusak’ kembali.

‘Kesalahan’ bentuk gigi tersebut baru saya sadari dan pahami ketika menunjukkan susunan gigi pada seseorang yang kelak menjadi istri saya (drg. Vera Susanti Z, Sp.Ort). Waktu itu dia sedang mengambil spesialisasi Orthodonti di Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Universitas Indonesia. Di situ saya baru sadar bahwa gigi saya tidak menutup sempurna kalau sedang menggigit. Konsekuensi paling sederhana dari kondisi ini tentu adalah waktu mengunyah makanan tidak sempurna. Akibatnya tanpa disadari saya sering hanya menggunakan sebelah sisi untuk mengunyah makanan (geraham sebelah kanan saja yang bisa menggigit, sedang sebelah kiri tidak menggigit), sedangkan sebelahnya lagi tidak melakukannya. Konsekuensi lainnya adalah lagi-lagi garis tengah gigi juga tidak persis di tengah… Saya sadari juga bahwa ternyata ketika saya membuka mulut (rahang) lebar-lebar lalu menutup kembali kadang terdengar bunyi klek pada pangkal rahang dekat telinga. Serta beberapa kesalahan lain yang harus dikoreksi. Akhirnya, untuk ketiga-kalinya saya menggunakan kawat gigi, kali ini pada trek yang benar. Karena walau dikerjakan oleh orang yang sedang belajar untuk menjadi orthodontist, perawatan gigi saya dilakukan di kampus UI di bawah supervisi dokter-dokter spesialis yang benar, bahkan yang sudah bergelar profesor (Prof. drg. Faruk Husin, Sp.Ort, yang kemudian juga berkenan menjadi saksi pada pernikahan saya).

Prosedur Pemasangan Kawat Gigi yang Benar

Dari pengalaman yang sudah-sudah, sekali ini saya baru merasa bahwa pemasangan kawat gigi mengikuti sebuah proses yang secara teknis bisa diterima. Dulu ketika terjadi kesepakatan harga antara calon pasien dan dokternya, langsung saja diputuskan untuk pasang. Langsung pasang cetakan gigi, lalu melihat sekilas apakah ada gigi yang perlu dicabut atau tidak. Paling lambat 2 minggu kemudian gigi kita sudah bergaya dengan bracket melintang.

Pada prosesi pemasangan kawat gigi yang dilakukan oleh seorang orthodontist, proses diawali dengan pemeriksaan secara visual. Struktur gigi sang pasien dilihat dengan mata telanjang, untuk menentukan apakah penggunaan bracket memang disarankan atau tidak. Jika ya, jenis bracket seperti apa yang sesuai dengan kasus gigi pasien.

Proses selanjutnya pasien harus melakukan foto rontgen gigi, untuk melihat struktur gigi di dalam gusi. Pada beberapa kasus foto rontgen ini juga berguna untuk menemukan gigi yang tersembunyi (gagal keluar) karena berbagai sebab. Keberadaan benda keras (gigi) di antara akar-akar gigi yang lain tentunya akan menjadi penghambat gerak gigi yang lain. Lebih celaka lagi, bisa saja keberadaan gigi yang terpendam itu bisa menimbulkan akibat-akibat lain, termasuk yang terkait dengan kesehatan tubuh.

Jika ternyata terindikasi ada gigi yang seperti itu, seorang orthodontist akan meminta bantuan dokter gigi spesialis bedah mulut untuk melakukan operasi guna mengeluarkan gigi itu. Tergantung juga dengan tingkat masalah yang dihadapi, sebisa mungkin gigi yang dikeluarkan dengan cara memasang bracket dan ditarik perlahan-lahan selama proses perawatan kawat gigi. Jika kondisinya ekstrim, gigi tersebut akan dicoba untuk dikeluarkan langsung, lalu dipasang kembali pada gusi dengan posisi yang benar. Jika tidak memungkinkan, barulah pasien harus “say goodbye” ke gigi tersebut. Sepanjang yang saya ketahui dalam 2 tahun terakhir ini saja istri saya sudah pernah menemukan beberapa kasus yang seperti ini. Jadi hal seperti ini ngga aneh-aneh amat. Pada beberapa orang ternyata memang tidak semua gigi dewasanya tumbuh sempurna. Jadi, jika ternyata Anda memasang kawat gigi pada orang yang tidak meminta foto rontgen terlebih dahulu, sudah bisa dipastikan dia ngawur!

Selain foto rontgen, pasien juga harus difoto menggunakan kamera biasa. Orthodontist memerlukan foto pasien dalam beberapa pose; tampak depan diam, tampak samping diam, tampak depan senyum lebar, tampak samping senyum lebar. Selain itu dibutuhkan juga foto gigi pada rahang bawah saja, foto gigi pada rahang atas saja, foto gigi penuh dalam posisi menggigit sempurna. Foto-foto ini tidak hanya digunakan sebagai dokumentasi dan pembanding ketika proses perawatan sudah selesai, tetapi juga digunakan sebagai referensi untuk ‘melihat’ apakah ada kesalahan struktural pada bentuk wajah yang diakibatkan oleh susunan gigi pasien, misalnya wajah tidak simetris, atau monyong. Jika pada waktu memasang kawat gigi Anda tidak difoto dengan pose-pose tersebut, lagi-lagi itu artinya Anda salah kamar!

Ingat, salah satu hasil akhir yang harus dicapai dari perawatan orthodonti adalah membuat gigi bisa menjalankan fungsi kunyah dengan baik dan benar. Secara sederhana boleh diterjemahkan bahwa hasil akhir perawatan antara gigi-gigi di rahang atas haruslah bisa menggigit sempurna dengan gigi-gigi di rahang bawah. Artinya, tidak mungkin perawatan hanya pada gigi atas saja buat gaya-gayaan! Jika orang yang memasangkan kawat gigi hanya pada atas saja, banyak-banyaklah berdoa, karena itu sudah jelas si pemasang saja tidak paham fungsi perawatan.. hanya mengejar order 🙂

Variasi Harga

Salah satu alasan kenapa ada banyak orang yang nekat pasang kawat gigi di pinggir jalan adalah karena harga yang lebih murah. Seringkali faktor harga murah ini hanya dicerna sebagai akibat lokasi tempat praktek tukang gigi yang hanya di kios alakadarnya, dibanding dengan tempat praktek dokter gigi yang lebih ‘mentereng’. Pada alternatif lain, bisa saja yang diadu adalah sesama dokter gigi. Pasang di dokter gigi spesialis orthodonti lebih mahal dibanding pasang di dokter gigi biasa.

Dari kacamata awam saya cuma bisa ajak mencerna hal sesederhana mungkin. Harga sepeda motor saja bervariasi. Motor buatan Jepang acapkali kalah bersaing dengan Motor buatan Cina jika dilihat dari faktor harga. Jika cuma karena harga dan asal punya motor, bisa dipastikan motor cina-lah yang dipilih. Tapi coba lihat, ada banyak orang yang mengerti bagaimana kualitas dari motor cina, akan tetap bertahan untuk menabung dan mengupayakan minimal motor Jepang lah yang harus mereka beli, bukan motor cina. Artinya, jika orang sudah paham soal kualitas, harga motor Jepang yang lebih mahal ngga ada masalah. Di lain sisi, ternyata motor Jepang juga kalah jika kualitas jika diadu dengan motor buatan Eropa, BMW misalnya. Singkat kata, seperti halnya membicarakan sepeda motor secara generik, begitu pula ketika kita bicara kawat gigi. Ada macam-macam kelas dan harga. Inilah titik awal lain yang harus diketahui oleh calon pengguna. Ada buatan Amerika, banyak pula yang made in China!

Sebagai ilustrasi tambahan, anggap saja hanya ada 2 pilihan barang untuk kawat gigi, A dan B, yang akan digunakan untuk merapihkan gigi seorang pasien dengan kasus yang sulit. Kawat yang A lebih murah di harga awal, misal X rupiah. Harus kontrol 3 minggu sekali. Perawatan bisa lebih dari 3 tahun. Sedangkan kawat B harganya ternyata 2x lipat dari A, jadi 2X rupiah. Harus kontrol 6 minggu sekali. Perawatan bisa diharapkan setahun selesai. Silahkan saja berhitung berapa biaya kontrol dan waktu yang bisa dihemat dengan menggunakan kawat yang B. Ini sekedar ilustrasi sederhana. Jangan lupa pepatah “ada harga ada kualitas” dan “harga ngga pernah bohong”.

Awas Celaka

Secara mekanika, penggunakan kawat gigi pasti akan dapat menggeser susunan gigi yang ada sekarang. Gigi geligi yang ada akan dipaksa mengikuti lengkungan kurva kawat gigi yang tentunya berbentuk ideal. Masalahnya, apakah si pemasang memiliki cukup ilmu terkait (termasuk mekanika) untuk menentukan arah pergeseran yang benar dan pas.

Pada pemasangan kawat gigi yang dilakukan oleh orang yang telah cukup ilmunya, susunan gigi bisa dibuat rapih tidak hanya karena susunannya pada arah bersebelahan, tapi juga tinggi rendahnya gigi yang satu dengan lainnya. Kesalahan arah gerak bracket misalnya bisa saja membuat gigi seri Anda tidak sama tinggi rendah-nya! Sebuah kasus tragis yang pernah dijumpai pada seorang pasien yang ingin pasang ulang kawat gigi adalah kenyataan bahwa ternyata giginya pernah ‘dipaksa’ rata tingginya dengan cara dikikir! Percaya atau tidak, konon dia sebelumnya memasang kawat gigi pada seorang dokter gigi (yang pasti bukan Sp.Ort… karena tidak mungkin hal seperti itu dilakukan oleh orthodontist). Dengan kegilaan semacam itu, sebenarnya lebih meyakinkan kalau dia mengaku bahwa yang pasang adalah ahli gigi di pinggir jalan.

Kembali lagi ke soal perlu tidaknya ada gigi yang dicabut dalam proses perawatan orthodonti. Jika memang dari pemeriksaan visual terlihat tidak ada ruang gerak tersisa untuk merapihkan susunan gigi, memang seorang ahli orthodonti akan melakukan proses ekstraksi (bahasa kerennya untuk pencabutan gigi). Kodratnya, yang akan dicabut adalah gigi geraham kecil yang terdepan.  Hasil akhir yang diharapkan dari perawatan orthodonti tidak hanya asal terlihat rapih, tapi juga gigi berfungsi secara sempurna untuk mengunyah makanan. Jangan lupa, gigi juga harus simetris. Pada prakteknya tidak selalu pula gigi harus dicabut di kedua sisi, kanan dan kiri. Untuk kasus tertentu dengan lengkung gigi asimetris perlu dilakukan pencabutan gigi hanya pada satu sisi. Yang penting hasil akhirnya nanti gigi harus jadi simetris. Kadangkala ada pasien ‘bandel’ yang menolak untuk dicabut giginya, padahal orthodontist menyatakan bahwa ada giginya yang harus dicabut. Untuk yang ‘bandel’ seperti ini ya siap-siap saja giginya ngga akan benar-benar ‘beres’. Kembali ke gambar di atas, pada contoh kasus gigi dalam gambar tersebut sangat mungkin non-orthodontist akan mencabut gigi lain (bukan yang ditunjuk oleh tanda panah merah) untuk mempermudah pekerjaan yang mereka lakukan. Padahal gigi yang mungkin dicabut tersebut adalah gigi seri atau gigi taring!

Cerita soal perlu tidaknya pencabutan gigi ini, ada sebuah kasus menarik. Mungkin karena tingkat kesulitan kasus gigi yang dimiliki oleh pasien, atau karena mau ambil mudahnya saja, ada seorang pasien yang dicabut gigi taringnya!!! Sengaja saya kasih tanda seru tiga.. Fungsi gigi taring adalah fungsi yang tak tergantikan. Gigi taring digunakan untuk mengoyak makanan. Jadi kalau gigi taring dicabut, tentu pasien akan mengalami masalah waktu makan. Minimal waktu harus mengoyak makanan dia hanya bisa menggunakan sebelah gigi taring yang masih lengkap (di sebelah kiri saja atau sebelah kanan saja). Celakanya, setelah susunan gigi dianggap rapih, orang yang melakukan perawatan gigi pasien ini melakukan aksi ‘sulap’ dengan mengikir gigi geraham kecil bagian depan untuk menggantikan gigi taring! Prosedur semacam itu tidak akan pernah terjadi jika yang melakukan adalah orang yang mengerti fungsi masing-masing gigi dan mengerti apa yang harus dilakukan dalam proses perawatan orthodonti yang benar. “Perawatan gigi yang salah bisa menyebabkan fungsi gigi rusak dan masalah itu biasanya baru bisa dirasakan setelah sekian lama memakai kawat gigi”, ujar Prof. Dr. Eky Soeria Soemantri, Sp.Ort, dokter ahli orthodonti dan dosen di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Bandung.

Kesimpulan

Penggunaan kawat gigi ngga hanya sekedar soal fashion atau gaya-gayaan… Ngga juga sekedar asal rapih. Rapih saja tidak cukup. Gigi harus bisa berfungsi untuk mengunyah dengan sempurna. Gigi atas harus bertemu dan menggigit dengan baik bersama gigi bawah. Kelainan pada gigitan (istilah kerennya maloklusi) bisa diakibatkan karena susunan gigi yang berantakan, atau karena kesalahan bentuk rahang, atau kombinasi keduanya.

Perawatan orthodonti tidak hanya sekedar membuat gigi asal rapih demi estetika, tapi juga harus dapat memperbaiki fungsi kunyah. Perawatan yang dilakukan oleh orang yang benar-benar memahami ilmu orthodonti dapat memperbaiki kesalahan bentuk/posisi rahang. Perbaikan dari susunan gigi dan rahang juga akan mempengaruhi bentuk wajah secara keseluruhan. Tanpa ilmu yang benar, bisa saja dokter gigi atau tukang gigi malah membuat wajah Anda menjadi aneh! Mereka yang tidak mengerti ilmu orthodonti (atau hanya mengetahui sepotong-sepotong) paling top hanya akan dapat membuat gigi pasien terlihat rapih, tapi belum tentu pas posisinya untuk menggigit antara gigi atas dan gigi bawah. Lebih celaka lagi, bisa membuat wajah pasien berubah ke arah yang tidak diharapkan (kalau ngga mau disebut malah jadi makin jelek..).

Seseorang yang telah berpredikat dokter gigi dan ingin melanjutkan pendidikan menjadi dokter gigi spesialis orthodonti akan menghabiskan waktu sedikitnya 3 (tiga) tahun untuk belajar mengenai ilmu orthodonti saja. Sedangkan mereka yang tidak mengenyam pendidikan spesialis orthodonti hanya berkesempatan mengenal ilmu orthodonti sekilas waktu kuliah. Itu pun perlu dicatat bahwa mereka hanya mempelajari penggunaan alat orthodonti lepasan, tidak diajarkan mengenai perawatan orthodonti menggunakan alat orthodonti cekat alias behel.

Seorang tukang gigi (istilahnya techneker) di pinggir jalan yang sama sekali tidak pernah mendapatkan pendidikan formal sebagai seorang dokter gigi. Bayangkan saja, seseorang yang lulus pendidikan sarjana pada Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi saja tidak langsung berpredikat sebagai dokter atau dokter gigi. Mereka harus melewati fase untuk mendapatkan status profesi tersebut. Nah, apa pun alasannya, walau katanya si tukang gigi sudah pernah belajar tentang kawat gigi dan sebagainya, tetap saja dia tidak berhak secara keilmuan dan profesi untuk berpraktek sebagai orthodontist. Hal serupa juga untuk dokter gigi yang tidak mendalami orthodonti pada program pendidikan dokter gigi spesialis orthodonti.

Nah selanjutnya tinggal dicerna oleh calon pengguna bracket, pasang kawat gigi dengan dokter gigi non spesialis orthodonti saja sangat tidak dianjurkan, bagaimana dengan praktek “ahli gigi” yang sekarang marak. Sebagian masyarakat yang ngga tahu menahu soal perawatan orthodonti dengan baik banyak yang menganggap remeh masalah ini. Penggunaan alat-alat kedokteran gigi yang tidak memenuhi standar kesehatan tentunya akan berbahaya bagi kesehatan pasien.

Asal tahu saja, dokter gigi beresiko tertular penyakit dari pasiennya, setidaknya bisa melalui air liur atau darah yang keluar dari gusi pasien. Untuk meminimalisir resiko tersebut dokter gigi wajib menggunakan sarung tangan. Sarung tangan ini hanya boleh digunakan sekali untuk 1 pasien. Artinya, tiap ganti pasien dokter harus ganti sarung tangan. Tujuannya agar jangan sampai virus yang mungkin dibawa oleh pasien sebelumnya tertular ke pasien berikutnya gara-gara si dokter tidak ganti sarung tangan. Begitu juga dengan alat-alat kedokteran gigi yang dipakai. Semua harus disterilisasi menggunakan alat sterilisasi khusus, sebelum boleh dipakai pada pasien lain. Nah, dari hal yang sepertinya kecil ini saja silahkan dibayangkan apa yang akan terjadi jika peralatan orthodonti yang digunakan oleh tukang gigi tanpa proses sterilisasi tiap kali ganti pasien? Alat-alat tersebut dicuci di air yang mengalir setiap kali ganti pasien saja sudah bagus. Walau jelas itu saja tidak cukup. Soal sarung tangan, jangan harap tukang gigi pakai. Kalau pun pakai, sangat mungkin satu sarung tangan dipakai berpuluh kali. Kenapa? Bayangkan saja jika sekali perawatan kawat gigi di tukang gigi pasien hanya diminta bayar RP 30.000, komponen sarung tangan saja sudah ‘memotong’ budget sebesar Rp 5.000! Hitungan ekonomisnya ngga masuk 😀 Baru dari sudut pandang kemungkinan terpapar penyakit (termasuk HIV/AIDS lho!!) resiko yang dihadapi oleh pasien tukang gigi saja sudah berat. Apalagi ditinjau dari berbagai resiko kesalahan prosedur pemasangan dan perawatan orthodonti yang dilakukan tanpa pengetahuan memadai.

Update: Lanjutkan membaca posting saya yang terbaru: Tanya Jawab Sebelum Salah Langkah Ketika Pasang Behel Gigi

Referensi lain bisa dicari-cari di Internet, misal dengan kata kunci “jangan pasang kawat gigi sembarangan”. Berikut adalah bahan bacaan tambahan yang bisa dilihat:

vz-card

Be Sociable, Share!

Related Posts

--related post--
  1. 249 Responses to “Jangan Pasang Kawat Gigi Sembarangan”

  2. By wulan on Nov 30, 2011 | Reply

    Saya mau tnya,misalnya mau pasang behel tp belinya sm ahli gigi yg terbilang harganya murah,lalu pasangnya ke dokter gigi/spesialis orthodontis..itu gmn y?baik gak?

  3. By mila hatia on Dec 3, 2011 | Reply

    jangan pake gigi behel yg palsu etar gigi kmu nya jadi rusak jadisakit

  4. By ili on Dec 4, 2011 | Reply

    assalmualaikum mas, saya mau tanya. Umur saya 17 tahun saya berniat untuk melakukan pemasangan behel tahun depan. masalahnya Gigi taring sebelah kiri di rahang atas saya ompong (dulu waktu masih gigi taring susu di cabut dan sampai sekarang gak tumbuh2 lagi) selebihnya susunannya sudah rapi rahang atas bawah hanya masalah di gigi itu saja… kira2 bgamna mas? kalau di pasangi behel apa bisa rapat bergeser gitu atau harus ada yg di cabut giginya karna kan gak seimbang…terimakasih mas…salam untuk istrinya :)) Tolong di balas ke email saya jg yah mas, trimakasih

  5. By ety on Dec 11, 2011 | Reply

    info yg sangat bagus,,,mas sy ada ponakan udah bekerja dan berumah tangga punya gigi depan yg ga bagus yaitu disela gigi seri atas tumbuh gigi dan posisi miring sehingga gigi seri atas yg kanan jg terdorong maju kedepan,,,sangat tidak nyaman buat senyum dan tertawa dan sempet minder kasian juga,,,klo pasang behel gigi tumbuh miring pasti dicabut tapi apa gigi seri atas yg ikut maju juga ikut dicabut ya mas? mohon masukannya,,,tq

  6. By agasta on Dec 11, 2011 | Reply

    Mas aku mau tanya,bagusan behel ormco atau damon ? Masalah aku cuma rahang atas maju.Dan kalau di istri mas brpa ya ? kalau ttng penjelasan yg di atas makasih banyak ya 🙂

  7. By sari on Dec 11, 2011 | Reply

    Bisa share link gak ttg izin praktek pemasangan behel hanya untuk dokter spesialis orthodonti,,selain Sp.Ort tidak mempunyai ijin melakukan tindak perawatan orthodonti, sehingga praktek pemasangan kawat gigi yang dilakukan oleh selain Sp.Ort merupakan pelanggaran profesi

  8. By Rara on Dec 18, 2011 | Reply

    biasanya kalau check up ke dokter gigi setelah pemasangan behel itu mahal ga dok?.kisarah berapa check up nya?hehe maaf saya tanya seperti ini soalnya ada teman saya yang mau memakai behel

  9. By by: anggia on Dec 24, 2011 | Reply

    bagai mana kalau aku msh umur 11 thn dan msh banyak gigi susu kalau di behel udh blh atau blm ya

    terima kasih 🙂

  10. By wie on Dec 29, 2011 | Reply

    mau nanya dong pak, kalau mau benerin rahang bawah yang maju kira2 biayanya berapa ya?

  11. By anggia on Dec 30, 2011 | Reply

    salam! saya usia 25tahun, pas baca laman ini, tertarik bgd. banyak info penting yang jadi acuan saya. gigi saya bermasalah banged, posisi saya di kota semarang. ada rekomendasi dokter spesialis orto yang bagus plus kisaran biayanya ndak yaa…..

    terimakasih….

  12. By isa on Jan 22, 2012 | Reply

    mass saya mau tanya , belom lama ini saya konsultasi sma dokter gigi di sbuah rumh skit , karna rahang bawah saya lebih maju dr rahang atas skitar 1cm , tp kata dokternya ini udah extreme ,trus dia bilang kalo mau dibedah ajja ,,, ?? Kira” masih bs dipasangin behel ga ya , soalnya rahang’a juga agak miring ga jelas …. Parah jg sih ckckc mohon tips’a ya mass…

  13. By latifa on Jan 25, 2012 | Reply

    salam..
    saya mau tanya dong Mas.Dimana bisa saya temukan dokter spesialis ortho d Denpasar,Bali. Kebetulan saya sudah pasang behel d Jkt, tp mau saya terusin d Bali berhubung saya berdomosili d Bali saat ini.
    highly appreciate for your recommendation.
    thank you

  14. By melisa on Jan 25, 2012 | Reply

    Maf ni saya mau tanya,
    saya rencana mau pasang,
    kalo di dokter vera, price’ya dari cek, rongent, cetak, pasang, smpe kntrol..(pkok’ya dr awal smpe akhir) kira” brp ya??
    kalo pasang’ya di kampus ui’ya bs ga??

  15. By YL on Feb 2, 2012 | Reply

    nice share 🙂
    mau tanya pak..
    apa bedanya retainer vakum sama hawley ya? apa cuma beda model n bahannya aja? kegunaan dan hasilnya gimana? tolong dibalas ya, thx

  16. By nia on Feb 7, 2012 | Reply

    setelah perawatan behel..pas dilepas bracet gigi kita jarang2 gitu mungkin gak sih?cz pernah liat org yg giginya jarang2 gitu setelah dipasang behel?itu knp yaa?apa semua bgtu?
    knpa sewatu memakai behel gigi kita harus dikasih jarak semua?apa setelah dikasih jrak bisa rapat lg?

  17. By mala on Feb 11, 2012 | Reply

    Boleh bg informasi Drg.Sp.ort diPadang g Mas??
    saya punya susunan gigi yang engga rapi banget!saya udah coba taya2 sm drg(bukan sepesialis ortho) punya statement yang berbeda-beda ttg brp banyak yg hrus dicabut n gigi apa yg hrus dicabut.
    Klinik yang banyak mempunyai pasien merupakan salah satu tolak ukur bagi saya,bahwa drg tersebut bagus (selain spesialis ortho).Jika memamg diPadang tidak ada sepsialis ortho,saya pasang dtmpt yg rame patient aja gimana mas?dokter y sih udah tua gitu (kurang lebih 35-45th),dan tempatnya udah terkenal,tarif y behel cina 4jt,amerika 4,5jt, keramik 6jt.
    kita anggap klinik yang rame td klinik X,saya pernah konsul dsn dan disarankan pakai yang keramik karena gigi saya parah banget,tp yg bkin sy heran kasir y bilang jangan pake keramik karena banyak yg ngeluh kurang bagus,serta dkter lain (bukan yg terkenal dan spesialis ortho) sarankan sy pakai yg amerika saja krn lebih kuat,,,,
    jd bingung saya dh mas???mohon bantuan,sebelum nasi jadi bubur,,hee

  18. By by santy on Mar 4, 2012 | Reply

    saya mw tny .,waah kok jd tkut ya saya ingin psang kwat gigi stlh bca ini jd mikr” lgi resikonya,……..lok gigi belakang saya kanan kiri sudah tdk ada apakah biza dilkukan pemasangan kwt gigi…………

  19. By intan on Mar 6, 2012 | Reply

    mas, saya kan baru pasang kawat gigi nih,
    awalnya periksa ama dokter gigi X, katanya harus dicabut 1 gigi kiri atas , 1 gigi kanan atas, 1 gigi bawah kiri, kebetulan yg sebelah kanan udah ada gigi yg dicabut, jadi gak dicabut lagi..,
    akhirnya saya cari alternatif baru sama dokter Y, katanya gak perlu dicabut, ntar gigi saya bisa digerus sedikit agar bisa rata…(dalam kasus saya ini gigi depan saya agak maju n gak beraturan),
    gimana pendapat mas dalam kasus saya ini apa udah tepat tindakan dokter saya ini

  20. By Nila Lazuardi on Mar 30, 2012 | Reply

    wah wah, ngeri ih ngeliat gigi jadi berkarat gt, kalo udah kayak gt mau ngelepas kawat juga malu karena gigi terlanjur rusak gt. 🙁

  21. By lasmi on Apr 3, 2012 | Reply

    gigiku agak maju kedepan,,,,aku dah 21 tahun..msih bs ngk msuk kedalam????

  22. By sugiarti on Apr 6, 2012 | Reply

    harganya tergantung btingkat kesulitannya pemasangan giginya gak????

  23. By Sevolcire on Apr 24, 2012 | Reply

    Dear all, mau share aja nih.. hari minggu kemarin (22 April) sudah tayang program reportase investi gasi di Trans TV mengenai jebakan kawat gigi murah (memasang behel di tukang gigi). Bagi yang kelewatan, rekamannya bisa disaksikan di
    http://www.youtube.com/watch?v=fSwRAZqd_ec&feature=youtube_gdata_player

    Rekamannya ada 3 bagian yah.. Happy watching 🙂

  24. By Gita Rhubhae on Apr 28, 2012 | Reply

    setelah saya membaca artikel yang anda buat,,,
    saya merasa khawatir akan kesehatan pada gigi saya,,,
    karena saya telah memasang kawat gigi di ahli gigi dengan harga yang memang cocok dengan dompet seusia saya (18 tahun),,
    namun saya merasakan perubahan dalam pemasangan kawat gigi yang saya pakai ini,,
    memang sangat berbeda sekali cara pemasangan kawat di ahli gigi dengan dokter gigi seperti yang anada tulis dalam artikel.
    akan tetapi, ketika sudah 2bulan pemakaian, salah satu breaket lepas di gerahan bawah kanan,kemudian gigi gerahan kanan atas,
    setelah itu,,
    kawat gigi ini tidak pernah lepas lagi,,,
    yang akan saya tanyakan kpd anda, apakah pemasangan behel ini boleh di lanjutkan?akan tetapi saya tidak pernah merasakan keluhan yang begitu parah pada gigi saya ini,
    namun di setiap saya mengganti karet,,
    gigi saya merasa ngilu, dan ketika mengunyah makanan sangatlah sakit,,
    apakah hal tersebut tidak akan mengakibatkan apa-apa????

    terimaksih sebelumnya..
    mohon jawabannya… 🙂

  25. By Neti on Jun 8, 2012 | Reply

    salah satu geraham saya sudah dicabut 2 tahun lalu, dan sekarang menjadi ompong, sisa geraham saya pun sekarang berlubang.. mungkin karena kebiasaan jelek saya, saya berumur 17, apakah boleh kalo gigi saya saya pasang gigi tiruan, lalu memasang kawat gigi,?

    terimakasih

  26. By Stefany on Jun 8, 2012 | Reply

    mau tanya nie pak..
    saya kan baru pasang kawat gigi di dokter gigi umum bukan spesialis Ortho.. gx seperti yg di katakan di atas gx si scan dan di cetak giginya.. jadi serem jga .. jadi harus di apain nie ? ganti dokter ke Sp. Ort apa lanjutkan di dokter gigi trsbut .. baru semingu pake kawat gigi.. jadi nyesel pasang kawat gigi disana.. lmyan harganya.. 🙁 klo misalnya ganti dokter apakah harus di bongkar atau gmn ?

  27. By ghozali on Jun 15, 2012 | Reply

    terimakasih 🙂
    artikel ini keren banget,bisa jadi saya bisa salah tempat.
    yang ad malah parah,
    terimakasih sudah berbagi pengalaman
    semoga TUHAN tetap memberikan kesehatan pada ANDA yang telah share artikel ini.

  28. By Fatty on Jul 4, 2012 | Reply

    Pak,
    Anak saya, laki-usia 18 tahun, kondisi giginya sangat jarang. Dia mulai merasa tidak nyaman karena merasa aneh. Apakah boleh tau berapa kisaran untuk pemasangan alat bantu/kawat gigi/behel untuk memperbaiki keadaan giginya ini ? Nomor HP saya : 0856 8791 140. Salam untuk isterinya. Terima kasih.

  29. By maya on Jul 12, 2012 | Reply

    bang, aq baru 3 minggu pasang behel, jadi takut bang, soalx aq taunya dokter itu dokter gigi gag tau specialis apa. setelah ini gigi saya mau dicabut, saya jadi takut setelah dicabut ternyata gigi saya kembali seperti semula, nanti keliahatn ompong donk, sebaaiknya gimana bang?makasih ya bang

  30. By upuud on Aug 2, 2012 | Reply

    kakak ak mau tanya ni,.ak punya dokter gigi langganan t4 bersihin karang gigi am perawatan gigi berlubang,.ak disaranin pake kawat soalnya rahang atas am rahang bawahnya g nyatu(g simestris n cenderung agak maju yg atas),.ak takut ntar hasilnya g bgs,.dr yg udah2 kalo di dokter t4 biasa itu kalo mw psg kawat ya hrs cetak gigi dlu tp ak g liat gigi pasien lain itu d rontgen,.
    di kota ak skrg g ada dktr Sp.Ort nya kak,.jd gmn menurut kakak??
    makasi 🙂

  31. By nisa on Aug 13, 2012 | Reply

    q mw tnyk ni… q sudh hnpir sebulan jg makek behel cman pas prtma x psng gigi q hnya di cetak doank sm dokter tu.. dokter tu tdk merontgen ggi saya lah..
    trs q msang.a d rmh skit metodis n stlh 2 minggu q psang dokter tu bka prktek sndiri n d tmpat prakteknya tdak ad tertera nama.a Sp.ortho..
    gmn ni dngn behel ku mas???
    makasi y

  32. By bionit on Aug 26, 2012 | Reply

    dok. bisa minta pin atau contact person?
    terus saya kan sudah memakai behel atas di dokter spesialis gigi selama 2 tahun tetapi gigi saya masih tidak bisa menggigit , kalo pasang bawahnya masih bisa atau tidak? terus harga pemasangan buat bawahnya berapa?

  33. By ana on Sep 10, 2012 | Reply

    makasih buat share pengalamannya. Sangat membantu! oia, saya mau tanya nih, saya udah lama pengen pasang behel, masalahnya saya masih bingung untuk daerah medan mencari dokter yang benar2 bagus. Kira-kira punya referensi yang tahu/kenal ga untuk dokter spesialis ortho di wilayah medan?
    Tolong dibantu yah,

  34. By ala on Dec 1, 2012 | Reply

    saya ingin nanya mas..
    saya sudah memasang behel seminggu belakangan ini, masalah gigi saya adalah gigi depan dan gigi samping yang sejajar, jadi gigi saya melebar di bagian atas.
    setelah 4 hari pemakaian bracket, daerah di atas bibir saya malah jadi menonjol dan bengkak, apakah saya masih harus melanjutkan bracket nya atau sebaiknya dilepas saja sebelum gigi saya mulai bergeser? terimaksih..

  35. By aradea on Dec 19, 2012 | Reply

    wah terimakasih infonya sangat membantu sekali. saya dua tahun lalu memakai kawat gigi, tapi sama seperti Anda , garis gigi saya tidak berada di tengah dan jika mulut membuka lebar lalu menutup maka akan terdengar bunyi ‘klek’. kata dokter bedah mulut, saya harus periksa ke spesialis prostodonti sebab saya mengalami radang sendi pada rahang. apakah kesalahan pemakaian kawat gigi sebelumnya yang menyebabkan ini? kalau boleh tau dokter mana yg bagus karena saya butuh rekomendasi…makasih

  36. By dila on Dec 24, 2012 | Reply

    om mau tanya nih saya berniat pasang behel gigi saya sebenernya rapih cuman agak maju gitu pertanyaannya semakin tambah umur bisa tambah maju atau engga ya?

  37. By cinta on Jan 5, 2013 | Reply

    Assalamualaikum, pak Zikri saya mau mengadu nihh..
    saya baru 2 bulan pasang behel sama seorang perawat gigi yang kebetulan mengajar di salah satu akademi kesehatan gigi di kota saya. Saya pasang behel atas dan bawah, tetapi yang bawahnya sering lepas. Sejujurnya ada kekhawatiran dalam diri saya mengingat tidak dilakukannya konservasi terlebih dahulu sebelum pemasangan (roentgen, pembuatan cetakan gigi, dsb). Karena sering terlepasnya behel bawah, saya kemudian muncul rasa ketidak percayaan pada yang memasang tersebut. Yang ingin saya tanyakan apa saya pindah konsultasi ke dokter Sp.Ort sajakah atau bertahan dengan pemasang awal? Sya pribadi ingin pindah konsultasi tetapi takut dikenakan biaya lagi oleh dokter, mengingat uang yang saya keluarkan cukup banyak pada awal pemasangan. terima kasih

  38. By Liaaa on Mar 8, 2013 | Reply

    Maaf mas mw tny. Umur sy 25 th, sy mrsa gigi atas sy jk d katupkn dg bwh, gigi atas sy maju smpe 1cm lebih. Bs d bilang t0nggos. Sy mrasa gak pede. Apkh jk pasang behel mslh gigi sy bs rata? Mgingat kmajuan gigi ats sy ekstrim 🙁
    mhon pnjelasnny mas, trims

  39. By Efka Karina on Apr 20, 2013 | Reply

    Pa Rahmat Yth.

    Artikel yang cukup menarik mengupas suatu fenomena yg sedang trend saat ini dari sudut pandang seorang awam dengan maksud menyebarkan informasi dan sharing pengalaman pribadi ditunjang dengan adanya sumber berkompeten (istri).
    Membuat artikel ini adalah syah syah saja, malah bisa disebut beramal baik krn menyebarkan informasi agar orang lain tidak mengalami apa yang anda alami. Tapi mungkin ada yg terlewat terpikirkan oleh anda. Menulis di blog ini tentu akan mengundang komentar dan tanya jawab dari pembaca. Nah, apakah anda sebagai orang awam merasa berkompeten untuk menjawab konsultasi para pembaca yang sebenarnya ini tentu ada hal hal di luar pengetahuan dan pengalaman anda. Walaupun saya percaya pasti anda tak segegabah itu saat hendak menjawab pertanyaan konsultasi yg lebih pantas dan layak dijawab oleh seorang dokter. Apakah setiap pertanyaan ini anda konsultasikan dulu kepada istri anda?
    Saya baca uraian anda, ada beberapa yang mesti diluruskan, dan bila memang artikel yang anda tulis itu dikonsultasikan pada istri, saya heran kenapa ada informasi yang keliru yang justru bisa menyesatkan masyarakat.
    Memang sangat berbahaya memasang behel gigi pada seorang tukang gigi karena selain tidak berkompeten, dasar ilmu mereka sama sekali tidak ada. Saya setuju sekali dengan ini. Namun mengenai dokter gigi selain Sp.Ort yang memasang behel, perlu diluruskan.

    Selain spesialis ortodonti, ilmu memasang behel dan segala keterkaitannya juga secara formal diberikan pada dokter gigi yang sedang menjalani pendidikan untuk menjadi spesialis kedokteran gigi anak(Sp.KGA), sehingga dokter gigi yang telah menyandang gelar Sp.KGA berkompeten juga memasang behel. Tentu ada rambu-rambunya. Seorang Sp.KGA berkompeten melakukan perawatan ortodonti cekat alias behel pada seorang anak. Umur berapa yang disebut anak? Menurut ikatan dokter gigi anak indonesia, anak adalah usia 0 tahun sampai 18 tahun. Nah, apakah seorang anak tidak boleh pasang behel di Sp.Ort? Tentu boleh boleh saja. Apa sih bedanya? Anak dalam masa tumbuh kembang. Kurikulum PPDGS KGA tentu lebih fokus pada soal tumbuh kembang anak, sehingga seorang Sp.KGA berkompeten memahami segala seluk beluk tumbuh kembang anak. Lantas, apa Sp.Ort tidak belajar tumbuh kembang…. Tentu belajar, tetapi muatannya lebih besar pada PPDGS Sp.KGA.

    Oke, skrg sudah jelas bahwa Sp.Ort bukanlah satu-satunya spesialis yang berkompeten dalam pemasangan behel. Lantas bagaimana dengan dokter gigi umum? Apakah mereka tidak berhak? Ilmu dasar perawatan orto tentu sdh mereka bekali saat mereka meneuh pendidikan dokter gigi. Behel hanyalah suatu alat kedokteran gigi. Tidak ada aturan dalam buku standar kompetensi yg melarang seorang drg GP memasang behel. Namun yang perlu diingat, dasar keilmuan mereka kurang sehingga tentu mereka hanya diperbolehkan memasang behel dgn kasus ringan dan hanya kasus kelainan pada gigi bukang pada tulang rahang.

    Sekian masukan dr saya. Tak ada maksud mendeskriditkan anda. Hanya ingin membuka mata para pembaca lain agar tidak salah informasi juga.
    Wassalam

    Efka Karina, drg., Sp.ort, M.Kes., PhD

  40. By sari on May 2, 2013 | Reply

    mas mau tanya, gigi depan saya gak rapih. yang 1 kedepan yang 1 kedalam. mau tanya kalau psang behel kira-kira berapa lama sampai bisa rapih? trus ada cara gak agar gigi saya bisa rapih tapi tnpa behel. (behelkan mahal:-( )

  41. By drg.ardi suwanto on Jun 28, 2013 | Reply

    setuju sama drg.Efka karina
    sy GP dan ga rawat ortho (sekedar konfirmasi,takut d komplain sm mas zikri).JGN HANYA KARENA ISTRI KITA DRG TRUS KITA MeRaSa JD DRG JG.meskipun tiap hari diskusi sm istri kita).statemen2 anda sudah kebablasan,melampaui wewenang anda yg bukan ahlinya.saran saya,biar yg jawab pertanyaan2 terkait orthodonti itu istri anda sndiri.klo bgini,anda jd spt tukang gigi mas zikri…sok tau..he..he..maaf ya..
    mas zikri niatnya baik,menolong masyarakat biar ga tersesat dlm memilih perawatan orthodonti.tp…terlepas dr itu semua,,,kita ga perlu kok kawatir ga laku hanya krna GP ikut rawat ortho.cb tanya istri anda (maaaf ya dok…istrinya mas zikri)..kursus orthodonti (yg diikuti oleh GP) itu jg dg ijin PDGI dan instrukturnya jg temen2 sejawat orthodontis.meskipun pastinya,,kasus yg bs GP rawat ga sebanyak dan sekompleks yg bs dilakukan oleh orthodotis.bhk sy punya beberapa temen sejawat yg belajar orthodonti lewat jalur non formal universitas.mereka ikut perhimpunan orthodontis Asia,India bhk Amerika..tp mrk ga dapat gelar Sp.Orth…so..jgn berlebihan,,,itu ga baik..anyway..sekali lagi saya ga rawat ortho sama sekali,sekalipun blm pernah..jd sy ga bela diri sendiri..pro istrinya mas zikri…pissss banget ya dok..anda pasti seorang orthodontis yg luar biasa..salam…

  42. By pupung on Jul 4, 2013 | Reply

    Paass baca ini behhhh cetar bangettt looohh.. Masukan nya buat pemakai lainnya bisa dipikir ulang mau pakai dokter yang lebih terjamin atau ahli gigi 🙂
    Sedikit cerita pas saya kelas 3 SMP saya berniat pasang gigi grgr plinplan saya pasang di ahli gigi wktu pertama masang atasnya saja pas liat hasilnya gigi jadi rapih cuma bukannya bener2 rapih malah maju giginya.. Disitu kecewa banget lahh pasti.. Pas kelas 1 SMA saya pasang di dokter gigi, sekarang jdi pasang atas bawah.. terjamin yaaa pastinya dari tahap awal sampai sekarang. Dan alhamdulillahh gigi saya sudah lebih baik 🙂 makasih buat semua masukannya mas yang sudah membuat blog ini 🙂

  43. By Apri on Jul 5, 2013 | Reply

    Aku mu bertanya… Apakah ada cara alami untuk membuat rahang kita tidak menjorok keluar?
    *tolong dijawab*

  44. By Nena on Jul 6, 2013 | Reply

    Maaf mau nanya, logikanya kan kalau gigi graham atas dicabut 2 supaya simetris. Jadi jumlah graham tinggal 6 dong. Terus yang bawah jumlahnya masih 4. Apa yang bawah harus dicabut juga supaya sama dengan yang atas?

  45. By bambang on Jul 15, 2013 | Reply

    Helo donk.nama saya bambang umur 21 tahun.gini dok rahang bawah saya agak maju dari harang atas.jadi gigi bawah lebih kedpn dari gigi atas Dan wajah saya terlihat Ane bila dilihat dari samping .pertanyaan saya bagaimana Cara mengembalikan rahang ke normal/ke dalam.apakah bisa mengunakan behel sedangkan umur saya sudah 21 tahun.trimaksh dok mohon penjelasanya

  46. By offy on Aug 31, 2013 | Reply

    Artiel yang bermanfaat, ijin share, boleh kah ?

  47. By Doni on Oct 28, 2013 | Reply

    Artikel yang menarik, dan komentar nya pun tak kalah menarik karena ada 2 drg. yang komentar.
    Mumpung rame, saya mau nanya mengenai prosedur pemasangan kawat.
    Saya mau mesang kawat gigi dengan drg. X Sp. Ort di bekasi.
    Setelah pencetakan gigi, beliau menyarankan untuk memasang kawat gigi dulu dan foto panoramic belakangan (kebetulan di tmpt saya pasang gigi kawat, alat foto nya sedang rusak). Dari artikel mas zikri “Jadi, jika ternyata Anda memasang kawat gigi pada orang yang tidak meminta foto rontgen terlebih dahulu, sudah bisa dipastikan dia ngawur!”.
    Pertanyaan nya, apakah drg. X ini ngawur?
    padahal beliau sudah Sp.Ort.

    mohon pencerahan dari mas Zikri dan ibuk/pak drg yg ada di sini.

    Thanks,

  1. 3 Trackback(s)

  2. May 24, 2012: Mengapa Tidak Boleh Menggunakan Behel Imitasi?? | maryamnurfadilah
  3. Dec 10, 2017: teliti sebelum pasang kawat gigi – Kidz Dental Care
  4. Apr 3, 2019: Teliti Sebelum Pasang Kawat Gigi - Kidz Dental Care

Post a Comment

About Me

The smiling geekIndependent IT Consultant and Trainer, mastering in Microsoft technologies. 13 years experience in all level of systems and network engineering. Currently being awarded as Microsoft MVP in Exchange Server. Live in Jakarta, Indonesia. Claimed himself as a not ordinary geek, who loves photography and hanging out with friends. More.

Want to subscribe?

 Subscribe in a reader Or, subscribe via email:
Enter your email address:  
Google